bohong dan pengertiannya


Secara umum diyakini bahwa bohong artinya mengatakan sesuatu yang tidak ada dasar realitasnya. Misalnya saja mengatakan ada badai di laut padahal tidak ada, mengatakan turut berduka padahal tidak berduka, mengatakan memiliki pacar padahal tidak punya, atau menyatakan orang miskin di Indonesia hanya 15% padahal 50%.

Kebohongan juga bisa diartikan sebaliknya, yakni mengatakan sesuatu yang tidak ada padahal ada dalam realitasnya. Misalnya saja mengatakan tidak memiliki uang padahal punya, mengatakan tidak cemburu padahal cemburu, mengatakan tidak apa-apa padahal apa-apa. Cukup biasa terjadi mengatakan baik-baik saja padahal merintih perih karena tangan tergores pisau. Biasa juga seorang cowok yang membonceng pacarnya naik sepeda onthel mengatakan tidak capek meskipun nafas sudah hampir putus dibuatnya.


Kebohongan yang mungkin terjadi bisa sebanyak fenomena yang mungkin terjadi di dunia. Setiap fenomena bisa dibuat versi bohongnya. Oleh sebab itu, berbohong luar biasa gampang karena tinggal men’tidak’kan apa yang ada saja. Misalnya, ada petir dibilang tidak ada, merasa rindu tapi bilang tidak rindu, bilang tidak punya uang ternyata punya. Pendeknya, merupakan bohong bila bilang tidak pada yang ada, dan bilang ada pada yang tidak ada.

Apa beda bohong, tipu, dusta, gombal, dan bual?
Ada beberapa kata dalam bahasa Indonesia yang memiliki kemiripan arti dengan bohong, misalnya tipu, dusta, gombal dan bual. Secara bergantian orang sering memakai kata-kata tersebut untuk hal yang sama. Misalnya ketika seorang pemuda berjanji akan datang membawakan bunga untuk gadis pujaannya namun tidak ditepati, maka cukup lazim jika si pemuda dikatakan ‘bohong’ atau ‘gombal’ atau ‘bual’. Kata ‘tipu’ dan ‘dusta’ sangat jarang digunakan.

Dalam kehidupan keseharian, kata tipu, biasa digunakan untuk seseorang yang mengatakan sesuatu tidak benar demi meraih keuntungan pribadi. Misalnya mengatakan jam yang dimiliki asli sehingga dijual dengan harga mahal. Padahal sesungguhnya jam tersebut merupakan barang palsu. Pada kasus semacam ini, meskipun kata bohong bisa dipakai, tapi yang paling lazim digunakan adalah tipu (kata kerjanya adalah menipu). Artinya, jelas ada perbedaan diantara kata-kata tersebut meskipun semuanya mengandung makna adanya sesuatu yang tidak sesuai dengan realitas yang terjadi atau diharapkan.
 
Kata ‘bohong’ (kata kerjanya adalah berbohong) cenderung digunakan untuk kasus-kasus yang bernuansa netral dan biasa. Sebaliknya kata ‘tipu’ biasa digunakan pada kasus-kasus yang cenderung menimbulkan kerugian pihak yang dibohongi atau yang ditipu. Nuansanya cenderung lebih suram atau berbau kriminalitas daripada kata ‘bohong’. Kata ‘tipu’ juga cenderung menyatakan kasus dimana ada seseorang yang mengingkari kesepakatan atau perjanjian. Misalkan Ita mengatakan akan membayar tunai motor Supra X milik Bejo kurang dari 4 jam dengan nilai Rp. 5 juta. Setelah 4 jam ternyata Ita tidak muncul dan malah melarikan motor Bejo. Pada kasus ini, kata ‘tipu’ paling tepat digunakan.

Kata ‘dusta’ (kata kerjanya adalah berdusta) memiliki arti sedikit rumit. Kata ini sepertinya digunakan untuk bohong yang sangat berat jika ditimbang secara moral. Kata ‘dusta’ cenderung digunakan pada saat bohong dilakukan, sekaligus adanya pengingkaran terhadap sesuatu yang diyakini benar oleh umumnya masyarakat. Misalnya kalimat “ia mendustai agama”, dimaksudkan adanya pengingkaran kebenaran agama yang dianggap mutlak. Seseorang yang dikatakan berdusta seolah-olah telah melakukan tingkat penyimpangan lebih besar dari sekedar bohong biasa.

Bagaimana dengan kata bual? Terkesan kata ‘bual’, yang merupakan bohong juga, adalah versi lain kata ‘bohong’ untuk peristiwa yang sama sekali kurang penting atau tidak dianggap penting dan tidak pula dianggap serius. Seseorang yang mengaku-ngaku pernah bertamasya ke Antartika, padahal ke kota saja belum pernah, jarang akan dikatakan bohong, lebih mungkin jika dikatakan ‘bual’ sebab kebohongan itu tidak mempengaruhi apa-apa dan malah terdengar bodoh.

Kata ‘gombal’ (kata kerjanya adalah menggombal) memiliki makna agak menyimpang dari kata-kata yang lain. Kata ini cenderung digunakan untuk mengatakan sesuatu melebihi dari porsi sewajarnya dan juga adanya pengingkaran janji. Misalnya, Doni berjanji akan datang apel setiap malam Minggu, selalu membawakan cokelat terbaik, dan mengajak Tita, pacarnya, keliling kota. Kenyataannya tidak demikian. Doni selalu enggan apel apalagi keliling kota, dan boro-boro membawa cokelat. Dalam kasus cokelat ini, Doni dikatakan gombal.

Penggunaan kata-kata di atas, baik bohong, dusta, tipu, gombal maupun bual, sejatinya terserah selera pemakai. Namun demikian tampaknya ada kesepakatan khusus dimana kata tertentu lebih cocok diterapkan. Nuansa konotatif dari masing-masing kata tersebut tampaknya juga berlainan. Jika diurutkan dari yang berkonotasi kurang negatif sampai paling negatif berturut-turut adalah bual-bohong-dusta-tipu, sementara gombal bisa diletakkan sebelum atau sesudah bual.

Apakah perbedaan persepsi dianggap sebagai kebohongan?
Teman Anda mengatakan baru saja makan di restoran yang sangat bersih dan enak. Sebagai teman, Anda percaya padanya. Lebih-lebih teman Anda memang penggemar kuliner dan biasa mencoba makan di berbagai restoran berbeda dengan menu berbeda. Atas referensi itu, beberapa hari kemudian Anda mengunjungi restoran tersebut. Ternyata apa yang Anda temui di restoran itu tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya. Lalat masih tampak beterbangan. Masakannya juga tidak terasa lezat di lidah. Anda lalu berkesimpulan bahwa teman Anda berbohong. Tapi bisa diterimakah klaim Anda itu?

Mari kita analisa. Pertama, ketika mengatakan bersih dan enak, mungkin saja menurut teman Anda tempatnya memang lebih bersih dan makanannya lebih enak dibandingkan rata-rata restoran di tempat lain. Jadi ia benar menyimpulkan demikian. Ia tidak berbohong. Ia hanya menyampaikan apa yang dipikirkan dan dirasakannya.
Kedua, bersih dan enak yang menjadi kesimpulan teman Anda berasal dari stAndarnya sendiri tentang rasa bersih dan enak. Mungkin teman Anda sudah cukup merasa bersih meski masih ada satu atau dua ekor lalat beterbangan.

Demikian juga sudah merasa enak ketika ia bisa menghabiskan satu porsi. Artinya ia juga benar karena menyampaikan apa yang dipersepsinya.

Kedua hal diatas menjadi  kebohongan bagi Anda karena Anda mempersepsi secara berbeda. Pertama, dibandingkan rata-rata restoran yang Anda kunjungi kondisinya tidak lebih bersih dan makanannya tidak lebih enak. Padahal disisi lain Anda sudah membayangkan bahwa tempatnya memang lebih bersih atau minimal sebersih tempat yang pernah Anda kunjungi sebelumnya. Makanannya juga tidak terasa lebih enak dibandingkan tempat yang sebelumnya dikunjungi.

Kedua, stAndar Anda tentang kebersihan dan rasa enak lebih tinggi dibandingkan teman Anda. Jadi apa yang sudah bersih menurut teman Anda tidak cukup bersih bagi Anda. Demikian juga apa yang enak bagi teman Anda, tidak cukup enak bagi Anda. Perbedaan ini menimbulkan klaim bahwa teman Anda berbohong. Namun tentu saja teman Anda tidak berbohong. Adapun yang terjadi semata-mata perbedaan persepsi belaka.

Banyak hal yang dianggap kebohongan sebenarnya merupakan perbedaan persepsi seperti diatas. Misalnya saja anggapan seseorang pintar. Oleh kelompok yang kurang pintar si A akan dianggap paling pintar karena nilai rata-ratanya paling tinggi dibandingkan yang lain dalam kelompok itu. Oleh anggota kelompok tersebut, si A digembor-gemborkan kemana-mana sebagai orang pintar. Ternyata begitu berada dalam kelompok baru yang pintar-pintar, si A memiliki nilai rata-rata paling rendah. Oleh sebab itu si A dianggap tidak pintar oleh kelompok barunya. Kelompok barunya kemudian menganggap bohong gembor-gembor sebelumnya tentang si A yang pintar. Namun demikian adalah benar belaka bahwa si A pintar bagi kelompok kurang pintar karena A yang paling pintar didalam kelompok tersebut.

Apakah mispersepsi dianggap sebagai kebohongan?
Adi merasa yakin melihat Tika, temannya sewaktu SMA sewaktu berada di bandara. Namun sayangnya Adi tidak sempat bertegur sapa karena buru-buru naik ke atas pesawat. Setelah sampai di rumah, Adi menceritakan pada teman-teman SMA-nya yang lain bahwa dirinya melihat Tika di bandara. Pada saat cerita, Adi merasa menceritakan kebenaran karena begitulah yang diyakininya. Namun setelah di kroscek dengan Tika via telpon, ternyata Tika tidak pernah pergi ke bandara manapun pada hari itu. Lalu apakah Adi dianggap berbohong?

Adi jelas mengalami mispersepsi atau persepsi yang keliru. Seseorang yang dijumpai di bandara memiliki sosok fisik yang sangat mirip Tika sehingga tanpa ragu Adi menganggapnya sebagai Tika. Namun nyatanya Tika tidak pernah ke bandara. Secara riil Tika tidak ada di bandara. Pada kasus semacam ini, alangkah lebih baik jika Adi tidak dianggap berbohong karena Adi merasa menyampaikan suatu kebenaran yang dibuktikan dengan penglihatan matanya sendiri (meski kemudian terbukti keliru sehingga secara substansi adalah bohong).

Kasus kekeliruan dalam mempersepsi sering menjadi perdebatan  di pengadilan antara saksi yang memberatkan terdakwa dan pengacara pembela terdakwa. Misalnya kasus pembunuhan dengan terdakwa Joko. Saksi merasa melihat seorang pembunuh yang dia identifikasi sebagai Joko. Lalu pengacara terdakwa Joko akan berusaha membuktikan bahwa saksi mengalami kekeliruan persepsi. Akan berusaha dibuktikan bahwa yang dilihat oleh saksi bukan Joko melainkan orang lain. Jika pengacara tidak mampu membuktikan bahwa saksi mengalami mispersepsi, maka Joko akan ditetapkan bersalah. Sebaliknya jika bisa, maka Joko akan dibebaskan.

Apakah Bohong Lawan dari Jujur?
Banyak orang berpendapat bahwa apa-apa yang ada di dunia ini berpasangan, atau setidak-tidaknya berupaya dipasangkan dengan pihak lain yang berseberangan paling kontras. Laki-laki dilawankan dengan perempuan, karena perempuan adalah lawan paling kontras laki-laki. Tidak pernah laki-laki dilawankan dengan waria karena waria kurang kontras. Waria (laki-laki yang keperempuanan) akan dilawankan dengan paria (perempuan yang kelelakian) karena itulah yang paling kontras. Nah, lantas apa yang paling kontras untuk lawan bohong?   Sebagian besar orang menyebutkan lawan yang paling kontras dari bohong adalah jujur. Gampangnya jujur berseberangan 180% dengan bohong. Artinya jika tidak jujur berarti bohong. Benarkah demikian?

Jujur artinya menyampaikan sesuatu yang sesuai realitas. Jika marah dikatakan marah. Jika lapar dikatakan lapar. Jika sakit dikatakan sakit. Pendek kata jujur artinya menyampaikan apa yang diyakini benar. Namun apa yang diyakini benar memiliki 2 makna, yakni sungguh-sungguh benar sesuai realitas yang ada di dunia atau benar sesuai yang diyakini yang belum tentu benar-benar ada dalam realitas di dunia. Artinya, jujur bisa juga berarti bohong. Kok bisa? Misalkan pada kasus di atas, Joko yakin telah melihat Tika di bandara. Pada saat Joko menyampaikan informasi tersebut kepada teman-temannya, ia tidak bermaksud berbohong. Ia berkata jujur sesuai kebenaran yang diyakininya. Namun kemudian diketahui ternyata bukan Tika yang dilihatnya, sehingga informasi Joko pada teman-teman merupakan kebohongan. Tapi toh Joko tetap bisa dibilang berkata jujur.

Bohong besar dan bohong kecil, apa bedanya?
Berdasarkan tingkat dampaknya, bohong dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni bohong besar dan bohong kecil. Bohong besar adalah bohong yang menimbulkan dampak yang besar dan luas, serta sangat merugikan. Umumnya bohong besar tidak terjadi dalam kehidupan sosial masyarakat sehari-hari. Misalnya kebohongan yang dilakukan oleh Presiden Amerika, George W. Bush, tentang adanya senjata pemusnah massal di Irak, sebagai alasan pembenaran melakukan serangan Irak, adalah termasuk bohong besar.

Termasuk ke dalam bohong besar adalah berbagai kebohongan publik yang dikeluarkan oleh berbagai pihak untuk menipu orang banyak, yang memberikan dampak yang luas, dikategorikan sebagai bohong besar.       Kita sering mendengar adanya produsen barang konsumsi tertentu yang membohongi konsumen mengenai kandungan jenis bahan dalam produk olahannya. Misalnya dikatakan tidak mengandung formalin, padahal mengandung formalin.

Bohong kecil tidak memberikan pengaruh merugikan yang luas. Bohong kecil adalah bohong yang biasa dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari oleh warga masyarakat. Biasa juga dipraktekkan di antara sesama teman. Pendek kata, bohong kecil adalah bohong yang kita alami dan mungkin kita lakukan dalam hidup sehari-hari.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Entri Populer